Alumni Sekolah Vokasi Kementan Terapkan Screen house pertama di NTT

Alumni Sekolah Vokasi Kementan Terapkan Screen house pertama di NTT

Produktivitas pertanian merupakan satu hal yang penting dalam menjaga keberlangsungan ketahanan pangan.

Untuk itu diperlukan sebuah inovasi yang dapat dikembangkan untuk mendukung hal tersebut, yaitu pembangunan screen house pertanian.

Sebagai informasi, screen house merupakan bangunan yang menerapkan konsep murah dan mudah dalam pengaplikasian media tanam.

Budidaya dalam screenhouse menjadi satu langkah jitu dalam menanggulangi serangan hama dan tentunya kita juga dapat melakukan penanaman baik musim hujan maupun kering.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi di setiap kesempatan mengatakan produktivitas pertanian harus terus ditingkatkan oleh seluruh insan pertanian.

“Tugas utama SDM kita dari semua lini adalah terus menggenjot produktivitas pertanian untuk mendukung food security. Melalui smart farming bisa menjadi salah satu solusinya”, ungkap Dedi.

Seperti yang dilakukan salah satu alumni Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK -PP) Negeri Kupang dan Politeknik Pembangunan Pertanian Negeri (Polbangtan) Malang, Arlot Sanam yang tergabung dalam kelompok Tani Taruna Tani One Heart.

Alumni yang juga merupakan duta petani milenial ini mencoba menerapkan screen house pertama di Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk peningkatan efektivitas produksi pertanian terutama komoditi cabai merah dan bawang.

Komoditas tersebut dipilih karena cabai merah dan bawang menjadi komoditi yang sangat diminati dan harga jualnya pun tinggi khusunya di NTT.

Bantuan screen house, kultivator dan bibit ini ia dapatkan melalui program yang diadakan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura, Kementerian Pertanian. Dibangun di lahan seluas 300 meter persegi, screen house ini dapat memuat 1000 tray soil block dimana 1 tray tersebut berisi 50 bibit cabai atau bawang.

Setelah screen house selesai dibangun pada November 2023, ia dan rekan dalam kelompok tani lainnya mulai mengembangkan usaha tersebut.

Untuk tahun pertama target yang ia harus lakukan adalah membagikan 1 juta bibit cabai dan bawang kepada petani di NTT secara gratis.

Tujuannya yaitu agar para petani yang mendapatkan bibit gratis dapat merawat hingga bibit tersebut tumbuh subur. Selanjutnya barulah ai dan rekan di kelompok tani dapat mulai menjalankan bisnis yang berorientasi pada keuntungan.

Dalam menghasilkan bibit yang baik, ia mensiasati campuran tanah yang digunakan untuk menanam bibit-bibit tersebut terdiri dari pupuk kandang limbah jamur, pupuk fosfat, kapur dolomit.

Ia mengatakan juga untuk menghasilkan media tanam yang baik ia mengikuti beberapa pelatihan.

“Kami sangat mendukung untuk perkembangan smart farming yang ada di lahan kami, kedepannya kami ingin mengembangkan timer irigasi otomatis agar memudahkan kita dalam sistem pengairan dalam screen house,” jelas Arlot.

Share: